SELAMAT DATANG DI JAKARTA DENGAN MRT
Oleh Elva Susanti Meylani
Empat ratus ribu penduduk telah menjajal layanan gratis Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang dibuka sampai akhir bulan Maret ini. Sebanyak 13 stasiun yang terbentang dari bundaran HI, Jakarta Pusat sampai Lebak Bulus, Jakarta Selatan dihubungkan dengan jalur layang dan jalur tanah. Layanan ini diberi nama Ratangga, dalam bahasa Jawa berarti “kendaraan beroda” atau “kereta”.
Walau jumlah stasiun masih terbatas, keberadaan MRT fase pertama diharapkan dapat meringankan kemacetan di area dengan tingkat mobilitas tinggi seperti Sudirman-Thamrin. Kecepatan dan ketepatan waktu wahana transportasi ini menjadi nilai jual yang dapat menarik kalangan pekerja. MRT dapat menempuh jarak antarstasiun dalam dua menit saja dengan headway atau rentang waktu kedatangan antarkereta lima menit pada jam sibuk. Dikutip dari kompas.com, seorang warga mengakui jarak yang dapat ditempuhnya sampai dua jam menggunakan Transjakarta atau APTB hanya memakan waktu 30 menit dengan MRT.
Dengan jumlah enam rangkaian kereta, MRT mampu mengangkut sampai 1.950 penumpang sekali perjalanan. Lebih banyak dibandingkan dengan Lintas Raya Terpadu (LRT) yang memiliki kapasitas 900 penumpang dan lebih sedikit dari Kereta Rel Listrik (KRL) sebanyak 2.000 penumpang.
Fasilitas-fasilitas lain mulai dikembangkan pula di sekitar MRT. Beberapa stasiun MRT sudah dilengkapi dengan toilet, mushola, ruang menyusui, toserba, ATM center, dan layanan disabilitas. Selain itu sedang dilaksanakan pembangunan fasilitas park and ride bagi pengguna MRT untuk dapat memarkirkan kendaraannya di area stasiun yang disediakan. Aplikasi dan situs resmi MRT memberikan informasi seputar rute, waktu tempuh, dan pilihan moda lanjutan dari tiap stasiun.
Pembangunan MRT direncanakan masih akan berlanjut hingga fase kedua dan ketiga. Fase kedua akan dikembangkan dari Bundaran HI sampai Kampung Bandan di Jakarta Utara. Sedangkan, fase ketiga merupakan rute barat-timur dengan 41 stasiun membentang dari Cikarang ke Balaraja.
Oleh Elva Susanti Meylani
Empat ratus ribu penduduk telah menjajal layanan gratis Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta yang dibuka sampai akhir bulan Maret ini. Sebanyak 13 stasiun yang terbentang dari bundaran HI, Jakarta Pusat sampai Lebak Bulus, Jakarta Selatan dihubungkan dengan jalur layang dan jalur tanah. Layanan ini diberi nama Ratangga, dalam bahasa Jawa berarti “kendaraan beroda” atau “kereta”.
Walau jumlah stasiun masih terbatas, keberadaan MRT fase pertama diharapkan dapat meringankan kemacetan di area dengan tingkat mobilitas tinggi seperti Sudirman-Thamrin. Kecepatan dan ketepatan waktu wahana transportasi ini menjadi nilai jual yang dapat menarik kalangan pekerja. MRT dapat menempuh jarak antarstasiun dalam dua menit saja dengan headway atau rentang waktu kedatangan antarkereta lima menit pada jam sibuk. Dikutip dari kompas.com, seorang warga mengakui jarak yang dapat ditempuhnya sampai dua jam menggunakan Transjakarta atau APTB hanya memakan waktu 30 menit dengan MRT.
Dengan jumlah enam rangkaian kereta, MRT mampu mengangkut sampai 1.950 penumpang sekali perjalanan. Lebih banyak dibandingkan dengan Lintas Raya Terpadu (LRT) yang memiliki kapasitas 900 penumpang dan lebih sedikit dari Kereta Rel Listrik (KRL) sebanyak 2.000 penumpang.
Fasilitas-fasilitas lain mulai dikembangkan pula di sekitar MRT. Beberapa stasiun MRT sudah dilengkapi dengan toilet, mushola, ruang menyusui, toserba, ATM center, dan layanan disabilitas. Selain itu sedang dilaksanakan pembangunan fasilitas park and ride bagi pengguna MRT untuk dapat memarkirkan kendaraannya di area stasiun yang disediakan. Aplikasi dan situs resmi MRT memberikan informasi seputar rute, waktu tempuh, dan pilihan moda lanjutan dari tiap stasiun.
Pembangunan MRT direncanakan masih akan berlanjut hingga fase kedua dan ketiga. Fase kedua akan dikembangkan dari Bundaran HI sampai Kampung Bandan di Jakarta Utara. Sedangkan, fase ketiga merupakan rute barat-timur dengan 41 stasiun membentang dari Cikarang ke Balaraja.
Komentar
Posting Komentar