Penulis : Miranda Aries Sitorus - Geografi 2016
Dalam tulisan ini saya akan membahas permasalahan
lingkungan yang terjadi di Indonesia yaitu tumpahan minyak pertamina di teluk
Balikpapan. Tumpahan minyak di teluk Balikpapan terjadi pada hari Sabtu, 31
Maret 2018. Penyebab tumpahan minyak menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, tumpahan minyak disebabkan oleh
pipa di bawah laut yang terputus, akibat tersangkut jangkar kapal. Jangkar
kapal membuat pipa patah dan minyak yang mengalir di pipa keluar bercampur
dengan air laut dan memicu kapal terbakar. Dampak akibat dari tumpahan miyak
tersebut yaitu:
A.
Dampak
terhadap ekosistem:
1.
Satu ekor pesut mati.
2.
Ikan yang dikonsumsi penduduk terpapar minyak.
3.
Budidaya kepiting gagal panen.
4.
Empat kawasan terumbu karang rusak.
5.
Lima kawasan padang lamun terancam mati.
6.
Habitat mamalia terganggu dan satwa terancam bermigrasi.
7.
Budidaya rumput laut rusak
8.
Plankton musnah.
B.
Dampak
terhadap masyarakat sekitar Teluk Balikpapan:
- Sebanyak 5 orang nelayan tewas.
- Masyarakat di area sekitar tumpahan minyak
mengeluh mual dan pusing akibat bau minyak yang menyengat selama beberapa hari.
- Sebanyak 162 nelayan terancam tidak bisa
melaut.
- Sekitar 900 ribu jiwa warga Balikpapan dan
Penajam Paser Utara terancam kanker.
- Balikpapan dan Penajam Paser Utara terancam
krisis air bersih.
- Dua kapal nelayan terbakar.
- Satu kapal kargo terbakar.
- Alat tangkap nelayan tidak berfungsi.
Masalah
tumpahan minyak ini murni karena kecelakaan oleh karena itu diharapkan dalam
setiap pekerjaan yang berkaitan dengan bahan bakar dll untuk selalu memeriksa
setiap alat agar tidak terjadi kecelakaan agar tidak menimbulkan masalah
terutama masalah lingkungan karena dapat berdampak pada ekosistem dan manusia
itu sendiri. Oleh karena masalah tumpahan minyak ini sudah terjadi maka
diperlukan cara mengatasi masalah tersebut. Cara mengatasi tumpahan minyak
untuk teluk Balikpapan yaitu:
Bioremediasi yaitu mempercepat proses peristiwa penumpahan minyak
tersebut secara alami,contohnya dengan menggunakan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah
komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan
biomass.
In-situ burning adalah pembakaran terhadap minyak yang tumpah dan harus ada sebuah pembatas penyebaran minyak yaitu booms yang tahan api. Kelemahan dari cara ini adalah Kebakaran yang dihasilkan dan asap beracun berpotensi mempengaruhi kesehatan manusia, pembakaran ini harus memenuhi ketebalan tertentu serta jika penyebaran api tidak terkontrol akan sulit terkendali.
In-situ burning adalah pembakaran terhadap minyak yang tumpah dan harus ada sebuah pembatas penyebaran minyak yaitu booms yang tahan api. Kelemahan dari cara ini adalah Kebakaran yang dihasilkan dan asap beracun berpotensi mempengaruhi kesehatan manusia, pembakaran ini harus memenuhi ketebalan tertentu serta jika penyebaran api tidak terkontrol akan sulit terkendali.
Sorbent
adalah yaitu memisahkan atau menyisihkan minyak
tersebut melalui mekanisme adsorpsi (pelekatan minyak pada permukaan sorbent)
dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). mengubah bentuk minyak yang tadinya bentuknya cair menjadi bentuk padat Sorbent
harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di
permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami,
rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir)
dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).
Dispersan
kimiawi adalah menjadikan tumpahan lapisan minyak menjadi tetesan kecil atau
droplet sehingga kemampuan lengketnya minyak tersebut menjadi lebih berkurang
serta biota yang berada diteluk yang masuk dalam tetesan tersebut tidak akan
terperangkap. Dispersan kimiawi ini disebar secara merata ke permukaan lapisan
minyak yang tumpah dengan bantuan pelarut. Terdapat 2 jenis dispersan kimiawi
yang dapat digunakan yaitu :
Konsentrat
dispersan yaitu kandungan surfaktan dalam konsentrasui besar dengan pelarut
alcohol atau glikol.
Konvensional
dispersan yaitu yang dikenal sebagai
hidrokarbon dispersan dengan pelarut berupa hidrokarbon. Surfaktan yang
dikandung hanya 15-25% dan tanpa terlarut dalam air teluk.
Penyisihan minyak secara mekanis adalah memindahkan
tumpahan minyak dengan cara melokalisir tumpahan
dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan
menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Cara ini sulit karena keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini
menemui banyak kendala dan harganya cukup mahal.
Demikian tulisan
saya tentang permasalahan lingkungan berupa tumpahan minyak pertamina di Teluk
Balikpapan yang disertai solusi untuk permasalahan tersebut. Kiranya apa yang
saya jelaskan dapat berguna dan menambah wawasan untuk setiap orang yang
membaca tulisan saya ini. Mohon maaf jika ada kekurangan dalam penulisan.
Terima kasih.
Sumber :
http://www.itopf.com/knowledge-resources/documents-guides/response-techniques/in-situ-burning/
https://www.widyantiyuliandari.com/2014/07/28/mengenal-dispersan-kimiawi-untuk-atasi-pencemaran-minyak-mentah/
https://www.widyantiyuliandari.com/2014/07/28/solusi-atasi-pencemaran-minyak-mentah-di-laut/
https://fokus.tempo.co/read/1077168/dampak-ekologis-tumpahan-minyak-pertamina-di-teluk-balikpapan
http://www.maritimeworld.web.id/2014/04/cara-menanggulangi-tumpahan-minyak-di-laut.html
https://www.gatra.com/rubrik/teknologi/ilmu-pengetahuan/316092-perairan-teluk-balikpapan-tercemar-klhk-bentuk-tim-investigasi
https://bisnis.tempo.co/read/1077101/tumpahan-minyak-di-balikpapan-menko-luhut-bukan-salah-pertamina
Komentar
Posting Komentar