Langsung ke konten utama

[LISIGER OKTOBER] Prediksi Konsep Teori Bumi Datar Dari Sudut Pandang Metafisika

Penulis : Siska Puspita - Geografi 2016


Metafisika adalah suatu cabang filsafat yang membahas persoalan mengenai keberadaan suatu objek (being) atau eksistensi (existence). Metafisika dapat diartikan sebagai suatu studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam dari kenyataan atau keberadaan suatu objek di alam semesta yang bersifat fisik maupun non fisik. Dalam konteks Flat Earth, aliran metafisika yang berlaku adalah spiritualisme dan materialisme. Materialisme memandang bahwa sesuatu yang dianggap nyata adalah yang memiliki wujud dan dapat diindera. Sedangkan, spiritualisme memandang bahwa sesuatu yang nyata adalah yang memiliki jiwa (roh) yang mengisi dan mendasari kehendak alam. Metafisika modern memandang jika setiap pembahasan menyeluruh mengenai realitas harus mencakup pembahasan tentang alam semesta. Galileo mengantisipasi hal ini dengan mengatakan bahwa matematika merupakan bahasa yang digunakan oleh Tuhan untuk menulis hukum-hukum alam. Sehingga usaha manusia untuk memahami realitas melalui sains identik dengan usaha manusia untuk memahami hakikat matematika. Berdasarkan penafsiran dasar dari mekanika kuantum, kesadaran manusia berperan sangat penting dalam proses penciptaan realitas yang dapat diamati oleh manusia (Rosenblum & Kuttner,2006). Selain itu, relativitas umum dan mekanika kuantum merupakan dua teori yang paling konsisten dalam sejarah sains dan diharapkan oleh fisikawan teoretik dapat menghasilkan Theory of Everything, yaitu teori yang bisa menjelaskan alam semesta secara detail termasuk eksistensi Tuhan.

Flat Earth Society merupakan organisasi internasional bagi masyarakat dunia yang berpaham jika Bumi berbentuk datar. Organisasi ini didirikan di Inggris oleh Samuel Shenton tahun 1956. Dulunya, organisasi ini bernama Universal Zetetic Society (UZS) yang berpendapat mengenai bumi datar berdasarkan Al-Kitab. Setelah dipimpin oleh Charles K. Johnson, pengaruh paham bumi datar tersebar luas dengan berbagai promosi, seperti pamflet, buletin, peta, forum diskusi, dan sebagainya. Sekarang, flat earth society lebih berdasar terhadap klaim yang dianggap ilmiah menurut mereka dan menganggap semua foto-foto bumi yang dirilis oleh NASA adalah palsu. Selain itu, para ilmuwan seperti Galileo, Kepler, Copernicus, Newton dianggap sebagai gerakan Freemason yang menciptakan kebohongan yang sistematis dan disengaja demi kepentingan elite global. Menurut pemahaman mereka, bumi berbentuk datar, dilindungi oleh kubah selestial dan dikelilingi oleh tembok besar antartika.

Berdasarkan metafisika, konteks Flat Earth memandang jika Tuhan menciptakan bumi dalam bentuk datar.  Jika dikaitkan dengan aliran metafisika,termasuk aliran spiritualisme. Dasar dari argumen mereka (flatter) berasal dari al-kitab namun tidak disertai bukti yang empiris dan tanpa menyertai pendapat para ahli terkait atau mereka mengklaim jika bumi berbentuk datar hanya berdasarkan persepsi mereka. Selain itu, para flatter juga sering memutar balikkan fakta yang sudah ada dan membuat fakta baru sesuai dengan argumen mereka.


Salah satu contoh kasusnya adalah mereka mengklaim jika bentuk bumi yang terdapat pada logo PBB adalah bentuk bumi yang sesungguhnya (datar). Padahal, lambang bumi yang terdapat dalam logo PBB merupakan bentuk bumi berdasarkan proyeksi azhimutal, yang merupakan salah satu dari sekian konsep proyeksi peta untuk melukiskan bumi yang berbentuk bulat terhadap bidang datar. Proyeksi ini menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya dan menyinggung bola bumi dan berpusat pada satu titik. Proyeksi ini menggambarkan daerah kutub dengan menempatkan titik kutub utara pada titik pusat proyeksi. Karena proyeksi ini pula, antartika terlihat sebagai lingkaran yang mengelilingi bumi yang diklaim oleh para flatter sebagai tembok raksasa. Proyeksi ini digunakan agar seluruh negara dapat terlukis di dalam logo PBB yang memang beranggotakan negara-negara di seluruh dunia. Karena alasan ini pula, PBB dalam pembuatan logonya menggunakan proyeksi azhimutal. 

Logo Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations)
Proyeksi Peta Azimutal
Para flatter juga tidak mempercayai hukum gravitasi. Mereka menganggap jika buah yang jatuh dari pohonnya disebabkan karena berat jenis buah tersebut lebih berat daripada udara disekitarnya.  Padahal hukum gravitasi telah berhasil secara empiris untuk memprediksi percepatan gravitasi benda-benda yang terdapat di permukaan bumi, yaitu di belahan bumi manapun nilai percepatan gravitasi adalah 9,8 m/s2. Jika seandainya bumi berbentuk datar seperti klaim para flatter, nilai percepatan gravitasi harusnya tidak tetap seiring berubahnya jarak benda ke pusat bumi.

Contoh kasus lainnya adalah, para flatter tidak mempercayai konsep rotasi bumi dan mengklaim jika peristiwa siang dan malam terjadi karena matahari yang mengitari bumi. flatter juga menganggap jika matahari terus mengitari bumi dan terlihat muncul  kembali dari arah timur bumi kemudian  mendekat pada arah pandangan sehingga terjadilah siang. Padahal jika bumi tidak berotasi, harusnya bumi tidak bersirkulasi. Hal ini disebabkan karena rotasi bumi, menyebabkan berbeloknya angin sehingga bumi menjadi bersirkulasi yang pada akhirnya berdampak terhadap peristiwa cuaca dan iklim di seluruh dunia. Jadi, dapat disimpulkan jika konsep rotasi tidak hanya berpengaruh terhadap peristiwa siang dan malam, namun juga terhadap cuaca dan iklim di bumi. Hingga saat ini, belum ada bantahan dari flatter mengenai bagaimana bumi bersirkulasi.

Dari beberapa klaim diatas terlihat jika para flatter berargumen tanpa disertai dasar yang kuat. Hal ini pula bertentangan dengan ontologi filsafat, karena tidak mengikuti kaidah ilmiah dan cenderung berdasar pada hal yang mudah dan instan. Selain itu, dapat disimpulkan pula jika para flatter menolak ilmu pengetahuan yang ada, yang secara tidak langsung juga menunjukkan kesombongan mereka. Terlihat pula jika para flatter menggunakan doktrin dalam merekrut anggotanya dengan menggunakan sistem quote mining, yaitu mengutip pernyataan namun sengaja tidak menyertakan konteksnya . Quote mining umumnya digunakan untuk menghasut dan memancing emosi agar pendengarnya tidak dapat berpikir jernih. Selain itu, para flatter juga menyertakan unsur keagamaan untuk merekrut anggotanya.

Kesimpulannya adalah klaim-klaim yang dikemukakan oleh para flatter merupakan klaim tanpa disertai bukti yang ilmiah. Hal ini berlawanan dengan ontologi filsafat dimana ilmu pengetahuan harus disertai dengan bukti yang empiris. Selain itu, klaim yang mereka kemukakan sebagian dapat dibantah, namun banyak pula klaim yang masih dipertanyakan keabsahannya. Penulis juga berpendapat jika yang memiliki kepentingan elite global adalah justru para flatter, karena terlihat dengan jelas jika mereka (para flatter) ingin mengubah pandangan dunia dengan cara memanipulasi ilmu pengetahuan yang sudah terbukti secara empiris.



Daftar pustaka

J. Ardian,dkk, Benarkah bumi itu datar? 100 klaim bukti ilmiah menurut flat earth society dan bantahannya,Narasi, Yogyakarta, 2014

Bakhtiar, A. (2010). Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Couvalis, G. (1997). The The Philosophy Of Science: Science And Objectivity. London: Sage Publcations

Dirdjosoemarto, S. (1991). Pendidikan IPA 2, Buku II. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.

Dubay, E. (2014). The Flat-Earth Conspiracy. Tanpa Penerbit Firman, H. (2017). Filsafat: Pengantar Filsafat. Bahan kuliah filsafat ilmu. SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

 Firman, H. (2017).  Realisme Sains: isu ontologi keilmuan. Bahan kuliah filsafat ilmu. SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan

 Hesser, D.T dan Leach, S.S. (1987). Focus on Earth Science. USA: Merill Pubhising Company

Hidayat, Bambang. (1978). Bumi dan Antariksa 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hill, Graham.(2001). Arthur C Clarke Looks To The Future. Diakses tanggal 21-04-2017

 Muhadjir, N. (2001). Filsafat Ilmu, Positivisme, Post Positivisme, Pots Modernisme. Yogyakarta:

 Rakesarin O'Neill, B. (2008). Do they really think the earth is flat?. Diakses dari tanggal 21-04-2017

Schadewald, R.J. (1982).  Six "Flood" Arguments Creationists can't answer. Diakses dari tanggal 21-04-2017

Schick, T dan Vaughn, L. (1995). How to think about weird things: critical thinking for a new age. Houghton Mifflin

Soemargono, S. (2004). Pengantar Filsafat, Louis O. Katsoff. Yogyakarta. Tiara Wacana Yogya

Suriasumantri, J.S. (2009). Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Tjasyono, B. (2016). Ilmu Kebumian dan Antariksa. Bandung: Remaja Rosdakarya Smith,

K.A.(Tanpa Tahun). Is the Earth a Whirling Globe? (PDF). Inggris

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[LISIGER MEI] : Mengenang Kembali Jasa Pantograf Yang Hampir Terlupakan

Mengenang Kembali Jasa Pantograf Yang Hampir Terlupakan Oleh : Salsabila Pantograf adalah alat yang berfungsi untuk memperbesar atau memperkecil sebuah peta atau gambar. Dengan menggunakan alat ini, seseorang dapat mengubah ukuran peta sesuai dengan ukuran yang diinginkan. (Sumber: Koleksi penulis, 2006). Pantograf berbahan dasar potongan kayu berbentuk persegi panjang yang masing-masing potongan disatukan dengan baut. Cara membuatnya tidak sulit dan bahan-bahannya mudah kita temui di pasaran. Pertama-tama yang kalian lakukan ialah menyiapkan alat dan bahannya yaitu, empat batang kayu (dua batang kayu a dan b berukuran panjang 50 cm, dan batang kayu c berukuran 30 cm dan batang kayu d berukuran 20 cm), tiga buah baut, amplas, kuas, pernis, bor kayu, dan dua buah pensil. Selanjutnya cara pembuatan yang pertama ialah tandai setiap ujung kayu dengan jarak 1 cm, kemudian lubangi kayu dengan bor kayu. Amplas kayu agar lebih halus. Selanjutnya, panaskan kayu dengan api kecil ...

[LISIGER OKTOBER] Mengenal Lebih Dalam Kesenian Debus Asal Banten

Penulis : M. Gendra Mahdavikia - Geografi 2016 Pernahkah kalian mendengar atau melihat kesenian Debus? Apasih itu Debus? Debus merupakan kesenian bela diri yang berasal dari Banten. Kesenian ini mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, misalnya kebal terhadap   senjata tajam, kebal terhadap air keras, dan lain- lain. Kesenian Debus merupakan kesenian yang dikombinasikan dengan seni tari, seni suara dan kebatinan yang bernuansa penuh magis. Dan dewasa ini kesenian debus biasanya dipertunjukkan sebagai pelengkap upacara adat, upacara magis dan untuk hiburan masyarakat. Pemain Debus merupakan pertunjukan seni secara berkelompok dengan jumlah pemain sebanyak 12 sampai 15 orang, yang masing-masing mempunyai tugas sebagai berikut: 1. 1 orang juru gendang 2. 1 orang penabuh tembang 3. 2 orang penabuh dogdog tingtit 4. 1 orang penabuh kecrek 5. 4 orang sebagai penzikir 6. 5 orang pemain atraksi 7. 1 orang sebagai syekh     ...

[LISIGER AGUSTUS] Mengenal Morelia Viridis dari Timur Indonesia

Penulis : Rian Ariyanto - Geografi 2016 Sumber foto : imgur.com Green Tree Python / GTP ( Morelia Viridis ) atau yang biasa dikenal dengan nama Chondro banyak terdapat di Papua, Papua Nugini & Australia. Ular GTP masih satu keluarga dengan ular python lainnya, meskipun ia merupakan ular pohon hijau tapi GTP tidak berbisa. Ular GTP tinggal di habitat yang lembab dan bagian tropis yang hangat. GTP termasuk satwa yang mulai langka di tempat asalnya karena penghancuran habitat, perdagangan kulitnya & diburu untuk makanan dan obat kulit. Ular GTP sudah masuk kategori Apendiks II oleh CITES ( Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora ). Seperti kebanyakan ular pohon, GTP memangsa binatang pengerat dan unggas kecil. GTP dewasa berukuran panjang hingga 2,1 meter untuk spesimen yang besar, sedangkan untuk spesimen yang medium, GTP bisa mencapai panjang 1.8 meter. Chondro suka bergulung di pohon, melingkarkan diri dengan kuat di cabang po...