Penulis : Devy Amania - Geografi 2016
Pemanasan
global atau global warming merupakan proses meningkatkanya suhu udara di
atmosfer, laut dan daratan bumi yang disebabkan karena aktivitas manusia.
Global Warming berdampak pada bertambahnya suhu bumi, mencairnya es di kutub,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, perubahan jumlah dan pola
presipitasi, kenaikan muka air laut, berpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya
gletser dan punahnya hewan.
Sinar
matahari yang datang ke bumi tidak seluruhnya sampai melainkan hanya 30% yang
mencapai bumi, ketika sinar matahari datang sampai ke permukaan bumi maka
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan
menyerap sebagian panas dan sisanya akan dipantulkan tetapi sebagian panas yang
seharusnya memantul terperangkap diatmosfer bumi karena menumpuknya jumlah gas
rumah kaca di atmosfer bumi seperi uap air, karbon dioksida dan metana. Keadaan
ini terjadi terus menerus dan mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di kutub utara
mencair dengan cepat. Dengan melelehnya es tersebut maka daratan atau air
dibawahnya akan terbuka. Daratan atau air memiliki kemampuan memantulkan cahaya
lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih
banyak radiasi matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih
banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
Penyebab
dari pemanasan global yaitu efek rumah kaca, pembakaran bahan bakar fosil pada
kendaraan bermotor yang berdampak pada polusi udara, penggunaan alat pendingin
yang mengandung bahan kimia CFC (Cloro Flour Carbon), polusi metana dari
kegiatan pertanian,perkebunan dan peternakan, penggundulan hutan akibat dari
penebangan liar orang yang tidak bertanggung jawab, populasi kendaraan yang
terus meningkat, dan pembakaran sampah secara berlebihan.
Dari
kegiatan penggunaan kendaraan yang terus meningkat membuat polusi udara yang
semakin meningkat, pembakaran hutan, lalu kegiatan peternakan pun memicu
penyebab dari pemanasan global karena kotoran hewan mengandung metana yang
mengandung emisi gas rumah kaca 23 kali lebih berbahaya dibandingkan dengan
karbondioksida. Dampak dari perubahan iklim yang disebabkan oleh metana dalah
semakin panasnya suhu dikutub utara dan selatan.
Sejak
1979 laut dikawasan Kutub Utara mengalami kehilangan 50% lapisan es musim
panasnya. “Jalur pelayaran paling utama, pada musim panas tahun 2012 sama
sekali tidak lagi memiliki lapisan es”, ujar peneliti AS bernama Walt Meier
dalam simposium masa depan kutub utara, yang digelar International Polar
Foundation dan Komisi Uni Eropa di Brüssel. Suhu yang terdapat di kutub telah
meningkat dua kali lipat, telah memicu perubahan yang terjadi. Laut es di
Samudra Arktik (Arctic) yang dalam beberapa tahun terakhir telah mencapai
luasan terendah yang belum pernah terjadi sebelumnya, hingga diperkirakan es
akan menghilang pada tahun 2030-an. Menurut US National Oceanic and Atmospheric
Administration, rata-rata penyusutan laut es minimum sekitar 13% per dekade.
Dalam tiga dekade terakhir, lapisan es di lautan sekitar kutub menyusut sekitar
990 ribu kilometer persegi hal ini pengukuran dilakukan oleh 300 pakar iklim
dari delapan negara. Para pakar iklim yakin bahwa pemicu pemanasan tersebut
karena aktivitas manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, emisi gas rumah kaca
ke atmosfer terus meningkat drastis.
Dampak
dari pemanasan global selain menyebabkan runtuhnya gunung es di Kutub Utara dan
Selatan bukan hanya mengakibatkan naiknya permukaan air laut tapi panasnya
lautan membuat rantai makanan (food chain) hewan laut di dalamnya berdampak
sangat besar bagi asupan makanan kepada hewan laut berukuran besar yang menjadi
sumber protein manusia dan juga mangacaukan industri perikanan. Penelitian
ilmiah telah meramalkan bila hal ini dibiarkan terus menerus maka 30 tahun
kedepan industri perikanan dunia akan kacau.
Pemanasan
global yang terjadi karena terjebaknya panas matahari oleh gas efek rumah kaca
(greenhouse gas effect) menyebabkan panas yang terpantul kembali ke bumi
terserap ke samudera sehingga lautan menjadi panas dan menjadikan sampah karbon
yang merusak ekosistem laut (marine ecosystem). Isi dari ekosistem laut
termasuk rawa asin (salt marshes), terumbu karang (coral reefs), dan 4000
tanaman termasuk fitoplankton (phytoplankton), gulma laut (seaweed). Sedangkan
hewan laut antara lain zooplankton, coral, landak laut (sea urchins), ikan
kakatua (parrot fish), gurita (squid), sardens, hiu (sharks), anjing laut
(seals) dan hewan mamalia lainnya.
Dengan
bertambahnya suhu di lautan berakibat pada sebuah ekosistem terganggu baik
karena perpindahan energi yang terganggu, polusi, bahan kimia yang dikeluarkan
oleh asap pembakaran atau dari kendaraan bermotor mempengaruhi rantai makanan
sebuah ekosistem yaitu disini rantai makanan di kutub utara. Phytoplankton
(tanaman laut berukuran kecil) jumlahnya berkurang banyak. Phytoplankton
merupakan produsen dalam rantai makanan yang menjadi makanan bagi zooplankton
(hewan laut berukuran kecil), zooplankton akan dimakan oleh hewan laut yang
berukuran sedang dan hewan laut yang ukurannya sedang akan dimakan oleh hewan
laut yang besar dan seterusnya, apabila phytoplankton berkurang maka ekosistem
laut akan bermasalah karena dia menjadi produsen utama bagi kelangsungan
ekosistem tersebut.
Terganggunya
sebuah ekosistem berpengaruh pada bagaimana mereka memproduksi makanan akan
terganggu, dari produksi makanan terganggu populasi mereka pasti akan terganggu
juga melihat yang mereka makan saja berkurang otomatis untuk mereka berkembag
biak akan mengalami kesulitan.Aapabila tidak ditangani secara serius dan hal
ini berlangsung tanpa adanya perubahan keberlangsungan hidup mereka akan
semakin menurun, yang nantinya berdampak akan kepunahan.
Lalu
tanaman di darat dalam rantai makanan melakukan fotosintesis dengan menangkap
CO2 dan menghasilkan O2 yang digunakan manusia untuk bernafas. Apabila tanaman
berkurang maka CO2 akan lebih banyak diudara yang akan membahayakan apabila dihirup.
Ketika air di lautan memanas membuat karang coral bleaching yaitu karang
berubah warna menjadi putih lalu kelaparan dan mati. Ribuan hewan laut yang
hidup di karang akan terganggu kehidupannya.
Ini
bukti nyata dari dampak pemanasan global, beruang kutub yang berada pada puncak
jaring makanan di Arktik untuk berburu anjing laut mereka harus berenang
berkilo-kilometer dan belum tentu mendapatkannya, sehingga mereka kelaparan.
Dengan seluruh kejadian ini binatang-binatang lain disana pun untuk beradaptasi
mengalami kesulitan karena habitat asli mereka telah panas yang berujung pada
turunnya populasi setelah penurunan populasi berlangsung lama maka akan
mengalami kepunahan.
Es
dilaut menjadi pusat kehidupan dari beruang kutub karena es digunakan sebagai
untuk kawin, membesarkan anak-anak, dan juga berburu mangsa. Sejak tahun
1979-2015 jumlah mereka yang mencapai angka 26 ribu, 35-40 tahun lagi bisa
berkurang 8.600 ekor.
Selain
beruang kutub, penurunan terjadi pada populasi rusa liar serta caribou. Fakta
ini disampaikan oleh kepala Pusat Aarktik di Universitas Northern lowa, Andrey
Petrov. Penelitian Petrov pada rusan liar di Taimyr, Rusia utara, menunjukkan
bahwa populasi kawanan tersebut telah jatuh ke sekitar 600 ribu ekor, dari satu
juta ekor pada tahun 2000.
Populasi
Taimyr, berumlah sekitar 24 persen dari semua rusa lair, hilang oleh faktor
lenyapnya rusa muda akibat pola migrasi yang terhambat oleh pemanasan iklim.
Pencairan
es di Kutub Utara akan mempengaruhi laut Indonesia berupa naiknya permukaan
laut yang berakibat pada menenggelamkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Jakarta akan terkena dampak peningkatan permukaan laut setinggi 1.713
milimeter, Aceh setinggi 1.713 mm, Jawa Timur 1.766 mm, Makassar 1.764 mm,
Manado 1.780 mm, dan Papua 1.747 mm. Banyak spesies eksotik di Indonesia,
seperti harimau sumatera, orang utan sumatera dan Kalimantan akan terganggu.
Banyak masyarakat adat yang bergantung pada hutan akan semakin sulit untuk
hidup.
Di
Eropa, London, Venesia, Belanda dan Denmark akan menjadi kenangan yang indah.
Cina, India dan Banglades akan banjir. Begitu dahsyatnya pengaruh kutub
mencair.
Dokumentasi
perubahan kondisi Kutub Utara selama 15 tahun pengamatan Christian Aslund dan
The Norwegian Polar Institute
Penanganan
dari masalah ini dapat dimulai dari menanam pohon yang fungsinya suhu bumi akan
kembali turun dan paru-paru dunia dapat “bernapas” kembali. Di halaman rumah
kita dapat menanam pohon berkayu yang berguna sebagai tempat resapan air, atau
yang lebih sederhana tanamlah satu pohon tetapi mengajak orang lain untuk
menanamnya juga. Bayangkan walaupun satu rumah hanya satu pohon tetapi seluruh
rumah seperti itu maka akan berdampak positif bagi bumi kita. Selain menanam
pohon, beralihlah ke angkutan umum untuk mengurangi asap dari hasil pembakaran
bahan bakar dalam jumlah besar yang akan menjadikan polusi udara. Angkutan umum
sudah disediakan oleh pemerintah seperi kereta api, transjakarta yang dapat
menunjang kegiatan sehari-hari. Mengurangi pemakaian mesin pendingin seperti AC
dan freezer. Mengganti bakan bakar fosil menjadi bahan bakar bio. Mematikan
listrik apabila tidak digunakan.
Menurut
saya, Indonesia juga dapat menerapkan green city yaitu sepeda menjadi alat
transportasi utama, bukannya lebih asik apabila kemana-mana dengan bersepeda ?
selain dapat memperbaiki pemanasan global juga lebih terlihat estetik dengan
bersepeda menjadi kendaraan sehari-hari. Setiap jalan diberikan fasilitas untuk
jalan bersepeda, trortoar yang memadai, disepanjang trotoar ditanami tanaman-tanaman
cantik membuat sebuah wilayah terlihat asri dan udara segar. Selain itu dengan
adanya tanaman dan bunga-bunga membuat sebuah kota lebih berwarna alami. Yang
lebih penting pengawasan hutan agar tidak adanya penebangan hutan secara liar.
Apabila ketahuan ada yang menebang pohon secara liar harus diberi tindakan
berat seperi sanksi hukum/pidana.
Sumber
:
Hardoko
Ervan. NASA : Es di kutub mencair, empat kota di Indonesia terancam. Diakses
pada 27 Mei 2018. https://internasional.kompas.com/read/2017/11/20/17584121/nasa-es-di-kutub-mencair-empat-kota-di-indonesia-terancam
Olivia
Firda. 7 foto kondisi kutub utara akibat perubahan iklim. Diakses pada 26 Mei
2018. https://m.brilio.net/duh/7-foto-kondisi-kutub-utara-akibat-perubahan-iklim-bikin-ngelus-dada-1703145.html
Permadi
Iwan. Ancaman pemanasan global terhadap ekosistem laut. Diakses pada 26 Mei
2018. https://www.kompasiana.com/ipe/5ac98c43ab12ae0b982f1e82/ancaman-pemanasan-global-terhadap-ekosistem-laut
Ratnasari
Yuliana. Bumi makin panas, beruang kutub terancam punah. Diakses pada 29 Mei
2018. https://tirto.id/bumi-makin-panas-beruang-kutub-terancam-punah-b9Ug
Utomo
Trisno. Tujuh peran penting laut es yang rusak oleh perubahan iklim. Diakses
pada 26 Mei 2018. https://www.kompasiana.com/ihapiye/tujuh-peran-penting-laut-es-yang-rusak-oleh-perubahan-iklim_566c941d3693731f1367e222
YR
Catatan. Es kutub mencair, Indonesia terancam tenggelam. Diakses pada 29 Mei
2018.
catatanyr.blogspot.co.id/2013/11/es-kutub-mencair-indonesia-terancam-tenggelam.html?m=1
Komentar
Posting Komentar